Thursday, April 21, 2022

Ini Alasan Negara Barat Mau Walk-Out di Pertemuan G20

Foto: Jubir Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda (Tangkapan Layar Sekretariat Presiden)
Jakarta -
Pertemuan menteri keuangan negara-negara G20 rencananya akan berlangsung Rabu (20/4/2022), hari ini. Namun sejumlah menteri negara Barat, disebut akan melakukan walk-out. Mengapa ini terjadi?

Hal tersebut tak lain karena kehadiran Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov. Amerika Serikat (AS) dan sekutu telah menolak Rusia hadir dalam KTT bahkan menginginkannya keluar dari G20 itu.

Alasannya karena serangan Rusia ke Ukraina. Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari lalu di mana perang telah membuat 2.000 lebih nyawa melayang dan 4,4 juta mengungsi.

"Selama dan setelah pertemuan kami pasti akan mengirimkan pesan yang kuat dan kami tidak akan sendirian dalam melakukannya," kata sumber pemerintah Jerman, dikutip Reuters.

Disebut salah satu menteri yang akan walk-out adalah Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Ia tak akan menghadiri sesi G20 yang diikuti oleh pejabat Rusia.

Hal sama juga akan dilakukan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak. Ini juga akan diikuti negara lain yang tergabung di G7.

G20 terdiri dari Amerika Serikat (AS), Afrika Selatan (Afsel), Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, China, Turki, Uni Eropa dan termasuk Indonesia. Tahun ini RI menjadi pemimpinnya dan diberi gelar presidensi G20.

Meski demikian, ada pula beberapa yang mendukung keberadaan Rusia. Sebut saja China dan Brasil.

Sebelumnya seorang pejabat IMF mengatakan berbahaya jika dunia terfragmentasi. Ini akan jadi bencana ke ekonomi global.

"Skenarionya adalah di mana kita telah membagi blok, untuk tidak banyak berdagang satu sama lain, karena memiliki standar berbeda. Itu akan menjadi bencana bagi ekonomi global," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas kepada wartawan.

RI sendiri belum mengomentari ini. Tapi saat ditanyai beberapa pekan lalu soal boikot Rusia di G20, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut tak semua persoalan harus Indonesia komentari.

"Kami juga memiliki kebijakan untuk tidak mengomentari statement yang disampaikan tersebut. Tidak semua pernyataan perlu kita respons," kata Juru Bicara Tengku Faizasyah kala itu.

"Dari perspektif Indonesia, kita menjalankan apa yang menjadi preseden penyelenggaraan G20 dengan tetap mengharapkan kehadiran dari seluruh anggota G20 dalam berbagai rangkaian pertemuan G20."

Pertemuan puncak KTT G20 akan dilakukan di Bali Oktober 2022. Sebelumnya Kedubes Rusia di Jakarta menyebut Presiden Vladimir Putin akan datang. (rn/red)


Sumber: CNBC

BAGIKAN

0 facebook: