|
Mahyuddin Kubar (Foto: Ist) |
rilisNET, Aceh Timur - Bukan saja perang, Wabah (Bencana) juga bisa menghancurkan sebuah peradaban. Sebuah negara bisa lenyap dan hanya menyisakan nama, tak terkecuali walau Amerika sebagai negara Super Power sekalipun, jika negara itu tidak mampu mengatasi lonjakan wabah virus corona yang menyerangnya.
Begitu juga dengan sebuah negara dari tiada menjadi ada. Perang juga bisa merubah segala, termasuk meruntuhkan sebuah negara.
Abdur-Rahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadhramiy (1332-1406) yang lebih dikenal dengan Ibnu Khaldun, salah seorang ahli sejarah dan sosiologi muslim dari Tunisia mengatakan bahwa “Setiap peradaban itu bangkit dan musnah”.
Selanjutnya dia memaparkan bahwa kebangkitannya dimulai dengan fanatisme dan semangat untuk menuntut ilmu, setiap peradaban akan sampai pada puncak kejayaannya dan yang menjatuhkannya adalah degradasi moral dan hilangnya semangat menuntut ilmu, sekalipun memiliki kekayaan berlimpah dan tentara yang kuat, akan jatuh juga.
Senada dengan itu, Arnold Toynbe sejarawan Inggris (1889-1975) itu menyimpulkan tentang faktor-faktor yang menyebabkan punahnya suatu bangsa. Sebuah bangsa akan eksis ketika berhasil menghadapi tantangan alam dan iklim sehingga peradabannya akan tumbuh, sebaliknya akan punah ketika tantangan yang dihadapi lebih besar dibandingkan kemampuan untuk mengatasinya.
Kemampuan suatu negara dalam mengatasi pandemi ini akan menjadi dasar sebuah kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing negara untuk menyelamatkan bangsa dan beradabannya. Maka ketegasan dan mengerahkan semua kekuatan yang ada mutlak diperlukan demi menyelamatkan rakyatnya.
Terkait wabah Covid-19 ini banyak negara yang kewalahan menghadapinya. Mereka ibarat sedang bertempur dalam sebuah peperangan yang musuhnya tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Amerika misalnya, Presiden Donald Trump menilai dua minggu ke depan merupakan momen yang paling berat bagi negaranya
"Akan ada banyak orang yang meninggal," jelas Trump seperti dilansir beberapa media pada 6 April lalu. Saat ini, jumlah kasus virus corona di Amerika Serikat merupakan yang terbesar di dunia. Hingga kini lebih dari 306.000 warga AS telah dinyatakan positif mengidap covid-19.
Dilansir dari Reuters, sudah 8.300 orang kehilangan nyawa akibat virus tersebut. Para pakar medis pada kantor kepresidenan Gedung Putih juga memiliki perkiraan yang cukup mengejutkan. Mereka memperkirakan pandemi tersebut bisa membunuh antara 100.000 hingga 240.000 penduduk Amerika meskipun perintah untuk berada di rumah dipatuhi masyarakat.
Tak hanya Amerika, Italia, Spanyol, Prancis juga neraga yang paling parah mengalami angka kematian yang sudah mencapai belasan ribu. Sedangkan Indonesia berada diposisi ke - 36 di atas Arab Saudi dengan angka kematian sudah mencapai 280 dari total kasus yang kerangkak keangka tiga ribuan lebih.
Data dari WHO sampai Kamis 9 April 2020 malam tadi, seperti yang ditayang pada situ worldometers.info/coronavirus, total kematian di seluruh belahan dunia sudah berkisar 24 ribu lebih, dan total kasus tembus 1,5 juta lebih. Selain itu yang telah berhasil disembuhkan telah mencapai 342 ribu jiwa lebih.
Mengamati angka tersebut yang semakin hari semakin merangkak naik, saya kira sudah semestinya kita semua harus siap dengan kenyataan yang ada. Untuk itu kita tentu harus berusaha bersama-sama, salah satunya harus patuh dan tunduk pada imbauan pemerintah kita, seperti ajakan untuk selalu memakai masker, Physical Distancing (jarak fisik) dan selalu mencuci tangan pakai sabun.
Hal itu wajib kita patuhi sebagai upaya memutuskan mata rantai penyebaran virus corona, disinilah negara hadir bukan saja untuk menyelamatkan warga, tetapi juga sebagai upaya untuk menyelamatkan peradaban yang telah ada. Oleh karenanya berusahalah seiring doa agar kita bisa melewati masa-masa yang sulit ini dan semoga Allah memulihkan keadaan seperti sebelumnya. (Aiyub)
Penulis: Mahyuddin Kubar, Mahasiswa Pasca di Fisip Unimal, juga pegiat media di Aceh Timur/Langsa.